Kebudayaan Betawi, perpaduan unik dari berbagai etnis dan pengaruh budaya yang telah mengakar di Jakarta selama berabad-abad, kini menghadapi ancaman kepunahan. Modernisasi yang pesat, urbanisasi yang tak terkendali, dan kurangnya perhatian terhadap pelestarian warisan budaya telah mendorong budaya Betawi ke ambang krisis. Artikel ini akan mengupas lebih dalam berbagai aspek yang menyebabkan keprihatinan tersebut dan upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan untuk menjaga agar budaya Betawi tetap lestari.
1. Ancaman Urbanisasi dan Modernisasi: Penggerus Identitas Betawi
Urbanisasi yang massif di Jakarta telah menjadi salah satu faktor utama penyebab tergerusnya budaya Betawi. Aliran penduduk dari berbagai daerah di Indonesia telah mengubah lanskap sosial dan budaya Jakarta. Perkembangan infrastruktur modern, pembangunan gedung-gedung tinggi, dan perluasan wilayah perkotaan telah menggeser ruang-ruang publik yang selama ini menjadi tempat bernafasnya budaya Betawi. Kampung-kampung tradisional yang dulunya menjadi pusat kearifan lokal Betawi, kini banyak yang hilang tergantikan oleh bangunan-bangunan modern. Hal ini berdampak langsung pada hilangnya tempat-tempat penting bagi praktik dan pewarisan budaya, seperti tempat latihan seni tradisional, lokasi penyelenggaraan acara adat, dan juga tempat tinggal para seniman dan budayawan Betawi. Modernisasi juga membawa pengaruh gaya hidup yang cenderung meninggalkan nilai-nilai dan tradisi Betawi. Generasi muda lebih tertarik pada budaya populer global daripada budaya lokal, sehingga terjadi pergeseran minat dan nilai.