Menggali Nilai-Nilai Pancasila dalam Kurikulum Merdeka: Pembelajaran Holistik untuk Siswa SD Kelas 4

Clara Hassanah

Pendidikan Pancasila di Sekolah Dasar (SD) kelas 4 dalam Kurikulum Merdeka dirancang untuk menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila sejak dini secara holistik dan bermakna bagi peserta didik. Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada guru dalam mendesain pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan karakteristik siswa, sehingga pembelajaran Pancasila tidak lagi sekadar hafalan semata, tetapi lebih menekankan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajarannya pun lebih berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik yang utuh.

Konsep Pembelajaran Pancasila yang Integratif

Kurikulum Merdeka mendorong pendekatan pembelajaran yang integratif, di mana nilai-nilai Pancasila tidak diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri yang berdiri sendiri, melainkan diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran lain. Misalnya, nilai-nilai persatuan dan kesatuan dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui kegiatan bercerita atau diskusi kelompok yang melibatkan keberagaman budaya. Nilai-nilai keadilan dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran Matematika melalui kegiatan pembagian yang adil atau pemecahan masalah yang berkaitan dengan keadilan sosial. Pendekatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila secara alami dan menyeluruh dalam kehidupan siswa.

Berbagai sumber daya daring seperti situs Kemendikbudristek, jurnal pendidikan, dan berbagai platform pembelajaran online menyediakan beragam contoh implementasi pembelajaran integratif ini. Guru dapat memanfaatkan sumber-sumber ini untuk merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif, misalnya dengan menggunakan metode project-based learning (PBL) atau inquiry-based learning (IBL) yang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif dan menemukan sendiri makna dari nilai-nilai Pancasila. Metode-metode ini memberikan ruang bagi siswa untuk berkolaborasi, berkomunikasi, dan berpikir kritis. Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kreativitas dan kemampuan guru dalam mengadaptasi metode pembelajaran agar sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa.

BACA JUGA:   Tentang SMK Kemala Bhayangkari 1 Jakarta

Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Meskipun Pancasila tidak lagi berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri dalam Kurikulum Merdeka, kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi (IPK) terkait nilai-nilai Pancasila tetap terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran. KD dan IPK tersebut menekankan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Pendidikan Agama, KD mungkin berfokus pada pemahaman nilai-nilai ketuhanan yang tercantum dalam sila pertama Pancasila, sedangkan dalam mata pelajaran PPKN, KD mungkin berfokus pada pemahaman nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang tercantum dalam sila ketiga.

Guru dapat merujuk pada buku panduan Kurikulum Merdeka dan berbagai sumber belajar online untuk mengidentifikasi KD dan IPK yang relevan dengan nilai-nilai Pancasila. Penting bagi guru untuk memahami KD dan IPK tersebut agar dapat merancang pembelajaran yang terarah dan terukur. Perlu diingat bahwa penilaian dalam Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada asesmen autentik, yang berarti penilaian dilakukan berdasarkan pengamatan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada hasil tes tertulis.

Aktivitas Pembelajaran yang Menarik dan Bermakna

Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran Pancasila di SD kelas 4 harus dirancang agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Guru dapat menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif, seperti permainan, simulasi, studi kasus, dan kegiatan proyek. Misalnya, siswa dapat diajak untuk membuat video pendek tentang keberagaman budaya di Indonesia atau membuat poster tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.

Contoh aktivitas pembelajaran lainnya meliputi diskusi kelompok, presentasi, drama, dan kunjungan lapangan. Melalui aktivitas-aktivitas tersebut, siswa dapat belajar berkolaborasi, berkomunikasi, dan berpikir kritis. Penting juga untuk menciptakan suasana kelas yang inklusif dan demokratis, di mana semua siswa merasa nyaman untuk berpartisipasi dan mengekspresikan pendapatnya. Penggunaan media pembelajaran yang beragam, seperti gambar, video, dan musik, juga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Guru harus dapat memilih dan mengadaptasi media pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa.

BACA JUGA:   Jurusan di SMK 5 Jember

Peran Guru dalam Pembelajaran Pancasila

Guru memegang peran yang sangat penting dalam pembelajaran Pancasila di SD kelas 4. Guru tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator, motivator, dan teladan bagi siswa. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, membimbing siswa untuk berpikir kritis, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. Guru juga harus mampu menjadi role model dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Penting bagi guru untuk terus mengembangkan kompetensinya dalam pembelajaran Pancasila. Guru dapat mengikuti pelatihan atau workshop yang berkaitan dengan Kurikulum Merdeka dan pembelajaran Pancasila. Guru juga dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar online untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Kolaborasi dan berbagi pengalaman dengan guru lain juga sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pancasila. Guru yang berpengetahuan dan terampil akan mampu menanamkan nilai-nilai Pancasila secara efektif dan bermakna pada siswa.

Penilaian yang Holistik dan Berbasis Kompetensi

Penilaian dalam Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada asesmen autentik, yang berarti penilaian dilakukan berdasarkan pengamatan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada hasil tes tertulis. Penilaian pembelajaran Pancasila di SD kelas 4 harus dilakukan secara holistik dan berbasis kompetensi, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian kognitif dapat dilakukan melalui tes tertulis, kuis, atau tugas individu. Penilaian afektif dapat dilakukan melalui pengamatan perilaku siswa dalam kegiatan kelompok atau diskusi. Penilaian psikomotor dapat dilakukan melalui pengamatan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan praktek.

Aspek-aspek penilaian tersebut perlu diintegrasikan agar diperoleh gambaran utuh mengenai pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila oleh siswa. Penilaian yang dilakukan harus bersifat formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan secara berkala selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik kepada siswa dan guru, sedangkan penilaian sumatif dilakukan di akhir pembelajaran untuk mengukur capaian kompetensi siswa secara keseluruhan. Hasil penilaian dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan Pancasila. Kejujuran dan objektivitas dalam penilaian sangat penting untuk menjamin keadilan dan kebermaknaan proses pembelajaran.

Also Read

Bagikan:

Tags