Budaya Non Benda: Pantun sebagai Warisan Budaya Indonesia

Clara Hassanah

Pantun adalah salah satu bentuk puisi lama yang menjadi bagian dari tradisi sastra Indonesia. Pantun memiliki keunikan karena tidak hanya mengenai penggunaan kata-kata, tetapi juga melibatkan konteks budaya dan kehidupan sehari-hari. Meskipun pantun terdiri dari rangkaian kata-kata, namun ia mampu memperlihatkan aspek budaya non benda yang melekat dalam masyarakat.

Apa itu Budaya Non Benda?

Budaya non benda adalah segala bentuk warisan budaya yang tak dapat dipegang secara fisik, tetapi melibatkan nilai-nilai, norma, kepercayaan, pengetahuan, dan praktik hidup yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya non benda juga mencakup berbagai pengetahuan sosial, ritus, upacara, kepercayaan, dan keterampilan yang terkait dengan kearifan lokal suatu masyarakat.

Pantun sebagai Representasi Budaya Non Benda

Pantun, melalui bentuk kalimat dan guratan lirik yang indah, menjadi sarana untuk mengungkapkan budaya non benda masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa aspek dalam pantun yang merefleksikan kehidupan dan budaya masyarakat, antara lain:

1. Nilai-nilai budaya

Pantun sering menyampaikan pesan moral, etika, dan nilai-nilai masyarakat Indonesia. Melalui proses memilih kata-kata yang indah dan berirama, pantun mampu memancarkan kearifan lokal dan mengajarkan kaidah-kaidah hidup yang terdapat dalam masyarakat.

Contoh:

Kasih ibu sepanjang masa
Kasih anak pada ibu juga
Tetapi ada batasan dan saksama
Biar kasih ibu tak berlebihan

Dalam pantun di atas, diungkapkan nilai kasih sayang yang harus saling berjalan secara timbal balik dalam hubungan ibu dan anak. Selain itu, pantun juga menekankan bahwa kasih sayang harus tetap proporsional dan tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kerugian.

BACA JUGA:   Unsur Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat

2. Keberagaman budaya

Pantun menjadi sarana untuk merangkum keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Setiap daerah memiliki bentuk pantun khas dan cerita dalam pantun yang unik, sesuai dengan kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, pantun menjadi sarana untuk memahami dan mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia.

Contoh:

Bapak sedang di Kudus
Ibu di Palembang membujang
Kita berada di Jakarta yang luas
Saling bertemu dengan budaya bangsa

Pada pantun di atas, penggabungan budaya dari tiga kota yang berbeda mencerminkan keberagaman Indonesia. Melalui pantun, budaya dari masing-masing kota tersebut bisa terwakili.

3. Cerita dan mitologi

Banyak pantun yang menggambarkan cerita rakyat atau mitologi yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Sebuah pantun bisa menjadi semacam pengantar cerita atau kenangan dari masa lalu yang diwariskan melalui generasi.

Contoh:

Si Eyang Putri gemar menari
Bawa panen dan beras tambah pasri
Dalam tidur selalu bertemu lelaki
Namun sayang, nyawanya tersedot ke laut biru

Dalam pantun di atas, diungkapkan kisah mitologi tentang Putri Laut Selatan yang suka menari dan kemudian menghilang di laut. Pantun seperti ini menggambarkan bentuk cerita atau legenda yang menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia.

Penutup

Pantun merupakan salah satu contoh budaya non benda yang ada dalam masyarakat Indonesia. Dari pantun, kita bisa mengetahui dan mempelajari berbagai nilai, norma, ritus, cerita, dan mitos yang menjadi warisan budaya Indonesia. Melalui tulisan indah dalam pantun, budaya non benda dapat terus hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk menghargai dan melestarikan budaya pantun dan bentuk-bentuk budaya non benda lainnya.

Also Read

Bagikan: