Budaya Jawa adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Seiring dengan perjalanan sejarahnya, budaya Jawa telah mengalami berbagai pengaruh dari perpaduan unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dan Islam. Budaya ini dikenal dengan sebutan "Jawa Hindu-Buddha-Islam" atau juga disebut sebagai "Kebudayaan Jawa Baru".
Pemaduan dari unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dan Islam di Jawa terjadi sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha seperti Kerajaan Mataram Kuno dan Majapahit, yang kemudian bertahan dan terus berkembang seiring masuknya agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-13 Masehi.
Unsur-unsur budaya Hindu-Buddha yang masih terlihat dalam kebudayaan Jawa adalah ritual-ritual keagamaan seperti upacara pernikahan adat, persembahan sesajen, penggunaan batik motif tradisional, seni wayang kulit, kepercayaan kepada roh nenek moyang, dan adanya keraton sebagai pusat kekuasaan yang terinspirasi dari istana kerajaan Hindu-Buddha.
Sementara itu, ajaran Islam membawa pengaruhnya dalam bentuk sistem kepercayaan, praktik keagamaan, dan nilai-nilai moral di kehidupan masyarakat Jawa. Agama Islam mengenalkan elemen-elemen seperti shalat lima waktu, puasa Ramadan, adanya masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan agama, serta kisah-kisah dari Al-Quran yang dipercaya dan diamalkan sebagai pedoman hidup.
Kehadiran Islam juga memberikan pengaruh pada seni dan sastra Jawa, seperti dalang wayang yang menyisipkan pesan-pesan Islam dalam cerita pewayangan, hadrah yang merupakan jenis musik Islami, serta goongan (desa) yang menjadi basis masyarakat Jawa yang beragama Muslim.
Budaya Jawa Baru yang lahir dari perpaduan unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dan Islam ini tampak jelas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa. Misalnya, dalam sistem pemerintahan, terdapat adanya kepala desa yang dikenal dengan sebutan "pakewuh" atau "kuwuh" yang bertugas mengatur kehidupan masyarakat dengan menggabungkan adat istiadat Jawa dengan prinsip-prinsip Islam.
Selain itu, dalam upacara pernikahan misalnya, masih terlihat adanya perpaduan antara tradisi Jawa dengan syariat Islam. Ritual adat seperti siraman dan pengajian masih diadakan bersama-sama dengan akad nikah di masjid atau kebayaan.
Dalam seni dan budaya, pengaruh perpaduan ini terlihat dalam karya seni seperti seni tari, seni musik, seni lukis, dan sebagainya. Misalnya, dalam seni tari, terdapat tari Bedhaya yang merupakan gabungan antara gerak-gerak tari Hindu-Buddha dengan syair-syair Islami pada lirik lagunya.
Dengan demikian, kebudayaan baru yang lahir dari perpaduan unsur-unsur budaya Jawa Hindu-Buddha dan Islam ini dikenal sebagai "Kebudayaan Jawa Baru". Kebudayaan ini mencerminkan harmoni dan toleransi antara agama-agama yang ada di Jawa serta sebagai bukti kekayaan dan keberagaman budaya di Indonesia.