Kebudayaan Ngandong Ditemukan pada Tahun

Elvina Rahimah

Kebudayaan Ngandong merupakan sebuah kebudayaan prasejarah yang ditemukan di Ngandong, Jawa Tengah, Indonesia. Dalam penelitian arkeologi, kebudayaan Ngandong memiliki pentingnya karena terkait dengan penemuan fosil manusia purba.

Latar Belakang

Pencarian fosil manusia purba di Ngandong dimulai pada pertengahan abad ke-19. Pada tahun 1887, seorang insinyur Belanda bernama Eugene Dubois menemukan fosil pertama dari manusia purba di Trinil, sekitar 60 km dari Ngandong. Penemuan ini membuat dunia ilmiah terkejut, karena merupakan bukti pertama mengenai manusia purba di Asia.

Dubois menemukan fosil Homo erectus yang kemudian dikenal dengan sebutan "Pithecanthropus erectus". Namun, penemuan ini tidak langsung terkait dengan kebudayaan Ngandong. Setelah penemuannya di Trinil, Dubois meninggalkan Indonesia dan berfokus pada penelitian di tempat lain.

Penemuan Kebudayaan Ngandong

Pada tahun 1931, seorang arkeolog Belanda bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald melanjutkan penelitian arkeologi di Jawa Tengah. Ia menemukan beberapa fosil manusia purba di Ngandong yang secara kronologis terletak secara geografis dekat dengan situs Trinil. Penemuan ini membawa von Koenigswald untuk menggali lebih dalam mengenai kebudayaan yang ada di Ngandong.

Kebudayaan Ngandong sendiri mengacu pada periode yang disebut dengan Paleolitikum Atas Akhir atau Pleistosen Atas Akhir. Periode ini berkisar antara 40.000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Dalam kebudayaan Ngandong, fosil-fosil manusia purba yang ditemukan memiliki ciri khas yaitu memiliki otak besar dan pertumbuhan rahang yang agak mirip dengan manusia modern.

Ciri-ciri Kebudayaan Ngandong

Selain fosil manusia purba yang ditemukan, ada beberapa ciri khas kebudayaan Ngandong yang menjadi perhatian dalam penelitian arkeologi, antara lain:

  1. Alat-alat Batu: Ditemukan berbagai jenis alat batu yang digunakan oleh manusia purba di Ngandong. Beberapa alat yang sering ditemukan adalah beliung batu, serut batu, dan kapak genggam. Alat-alat ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berburu, memotong kayu, dan membuat peralatan lainnya.

  2. Gua-gua: Kebudayaan Ngandong terkait erat dengan penggunaan gua sebagai tempat tinggal dan tempat pemakaman. Gua-gua di Ngandong umumnya memiliki tingkat kepentingan arkeologi, karena sering kali menjadi tempat penemuan fosil manusia purba.

  3. Relik Kebudayaan: Selain alat-alat batu, terdapat juga relik kebudayaan lain yang ditemukan di Ngandong. Misalnya, terdapat temuan berupa gading gajah yang digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan, seperti membuat alat dan hiasan.

BACA JUGA:   Kebudayaan Pacitan dan Ngandong Muncul pada Zaman

Pentingnya Penemuan Kebudayaan Ngandong

Penemuan kebudayaan Ngandong memiliki pentingnya dalam bidang arkeologi dan antropologi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penemuan ini relevan:

  1. Sejarah Evolusi Manusia: Fosil manusia purba yang ditemukan di Ngandong membantu untuk memahami sejarah evolusi manusia. Fosil ini menjadi bukti konkret mengenai manusia purba yang diperkirakan hidup di masa lampau.

  2. Keanekaragaman Kebudayaan: Temuan artefak dan fosil manusia purba di Ngandong juga memberikan informasi mengenai keanekaragaman kebudayaan manusia purba. Melalui pemeriksaan alat-alat batu dan bahan-bahan lainnya, peneliti dapat menggambarkan kehidupan manusia purba di masa lalu.

  3. Konteks Geografis: Penemuan kebudayaan Ngandong berada dalam konteks geografis Jawa Tengah. Hal ini dapat membantu memahami migrasi dan penyebaran manusia purba di wilayah Asia Tenggara.

Kesimpulan

Kebudayaan Ngandong ditemukan pada tahun tidak diketahui secara pasti. Penemuan fosil manusia purba di Ngandong memberikan informasi penting tentang sejarah evolusi manusia, keanekaragaman kebudayaan manusia purba, serta konteks geografis Jawa Tengah. Melalui penelitian lebih lanjut, para arkeolog dan antropolog dapat terus memperdalam pemahaman tentang kehidupan manusia purba di masa lampau.

Also Read

Bagikan: