1. Orientasi terhadap Waktu
Jepang
- Memiliki orientasi waktu yang sangat tinggi.
- Ketepatan waktu dianggap sebagai bentuk rasa hormat.
- Pertemuan dimulai tepat waktu, dan keterlambatan bisa dianggap tidak sopan.
- Jam kerja yang panjang, seringkali melewati jam kerja standar.
Indonesia
- Meskipun ketepatan waktu dihargai, waktu sering dianggap lebih fleksibel.
- Keterlambatan mungkin dianggap wajar dalam situasi tertentu.
- Jam kerja cenderung lebih singkat, dengan lebih banyak waktu untuk istirahat.
2. Hierarki dan Struktur Organisasi
Jepang
- Memiliki struktur organisasi yang hierarkis.
- Keputusan sering diambil oleh manajemen senior, dan karyawan junior diharapkan menghormati keputusan ini.
- Budaya "ringi" memberi ruang bagi diskusi kolektif, namun tanggung jawab pada pimpinan tetap kuat.
Indonesia
- Meski hierarki juga ada, ada kecenderungan untuk mendukung pendekatan yang lebih egaliter.
- Karyawan mungkin lebih terbuka untuk menyampaikan ide kepada atasan mereka.
- Pimpinan lebih dekat dengan karyawan, menciptakan hubungan yang lebih akrab.
3. Kolaborasi dan Kerja Tim
Jepang
- Kolaborasi sangat penting, dengan penekanan pada konsensus.
- Keputusan diambil setelah diskusi panjang, dengan ada kecenderungan untuk menghindari konflik.
- Komitmen terhadap kelompok lebih diutamakan daripada pencapaian individu.
Indonesia
- Kerja sama tim juga dihargai, namun ada lebih banyak ruang untuk inisiatif individu.
- Penyelesaian konflik lebih terbuka dan sering kali menggunakan pendekatan mediasi.
- Pencapaian individu bisa menjadi faktor yang lebih diperhatikan dalam penilaian kinerja.
4. Etika Kerja dan Komitmen
Jepang
- Memiliki etika kerja yang kuat, di mana loyalitas terhadap perusahaan sangat dihargai.
- Karyawan sering merasa memiliki tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan perusahaan.
- Budaya "karoshi" (kematian akibat kelelahan kerja) mencerminkan bagaimana kerasnya orang Jepang bekerja.
Indonesia
- Etika kerja bervariasi tergantung pada individu dan perusahaan; loyalitas juga dihargai tapi dalam konteks yang berbeda.
- Keseimbangan kerja-hidup semakin diakui, dan karyawan sering mencari fleksibilitas dalam pekerjaan.
- Masih ada perasaan tanggung jawab, tetapi lebih sering dalam konteks tim daripada individu.
5. Pendekatan terhadap Inovasi
Jepang
- Mengedepankan inovasi melalui teknik "kaizen" yang berfokus pada perbaikan terus-menerus.
- Mendorong pengembangan produk baru dan efisiensi operasional.
- Proses pengambilan keputusan sering kali lebih lambat karena penekanan pada analisis mendalam.
Indonesia
- Inovasi berkembang pesat, terutama di industri teknologi dan startup.
- Proses pengambilan keputusan bisa lebih cepat dan berorientasi pada tindakan.
- Keterbukaan terhadap gagasan baru dan adaptasi terhadap perubahan lebih diutamakan.
6. Komunikasi
Jepang
- Komunikasi cenderung tidak langsung, menghargai implikasi dan pembacaan situasi.
- Sering menggunakan isyarat non-verbal dan kesenyapan sebagai bagian dari komunikasi.
- Menghindari konfrontasi langsung untuk menjaga harmoni.
Indonesia
- Komunikasi biasanya lebih langsung dibandingkan Jepang, namun tetap ada nuansa sopan santun.
- Menyampaikan pendapat atau kritik dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga hubungan baik.
- Penggunaan humor dalam berkomunikasi cukup umum dan dapat mencairkan suasana.
7. Pengambilan Risiko
Jepang
- Cenderung bersikap hati-hati terhadap pengambilan risiko.
- Keputusan Bisnis dilakukan dengan analisis yang sangat mendalam dan penelitian yang ekstensif.
- Menilai potensi kerugian lebih dari potensi keuntungan.
Indonesia
- Lebih terbuka terhadap pengambilan risiko, terutama dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
- Keputusan sering kali diambil dengan lebih cepat dan adaptif untuk mengambil peluang.
- Ketidakpastian sering dianggap sebagai bagian dari perjalanan bisnis.
https://www.youtube.com/watch?v=